tanpa syarat

Ayu Septiani Nangsia
1 min readJun 12, 2024

--

Seperti yang ku tahu menuangkan isi pikiran ke dalam tulisan merupakan salah satu cara melegakan hati.
Memang ada apa dengan hatinya?
Mengingat kembali saat tatapannya mulai berubah, seperti terhalang kabut, dia menatapku penuh ketidaksenangan.
Bahkan hal sepele yang berasal dariku bisa membuatnya naik darah, sungguh mudah sekali dilupakan ketika sudah habis dimanfaatkan.

Tanpa perlu susah payah mencari asal kabut itu, semesta mengirimkan banyak pertanda. Kemudian aku pun tahu penyebabnya, namun bukan permintaan maaf yang kuterima, katanya sebabnya ada padaku. Setelah banyak waktu dan lainnya yang terlalui, kamu pun masih punya nyali menyakitiku.

Apakah selalu kemudahan yang kamu cari dariku? kurang mudah apa memang?

Kamu memang tidak malu? setelah semua yang kuberikan, yang paling berharga adalah rasa kepercayaan. Mengikuti inginmu yang rumit, jalannya selalu berkerikil tajam, dimana aku? disampingmu.
Ketika duniaku berputar hanya untuk melihatmu, menarikmu dari depan, mendorongmu dari belakang, menggandengmu dari segala sisi, bukankah seiring ribuan hari itu, aku telah menyesuaikan?

Kamu si paling tahu celah lemahku, luka-luka yang susah payah ku rajut, masih juga kamu robek paksa. Entah sampai kapan luka ini akan mengering, anehnya setelah sakit inipun aku masih menghargaimu. Masih juga terucap do’a terbaik untukmu, inilah yang katanya disebut kasih tanpa syarat.

Saat ini langkahku mungkin melamban, semuanya terlihat tidak jelas di mataku, bahkan sulit rasanya membayangkan yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Akankah masih ada sisa dariku yang dapat dihargai tanpa syarat?

--

--